Kampung Adat Cireundeu Mayoritas Warganya Petani Tetapi Pantang Makan Nasi

Redaksi


Voice Netizen - Provinsi Jawa Barat (Jabar) memiliki banyak keunikan selain dari kulinernya yang beragam. Salah satu keunikan tersebut adalah adanya berbagai kampung unik yang terletak di Jabar.


Salah satu kampung unik yang menarik terdapat di tengah kota dan dekat dengan ibukota Jabar, yaitu Bandung. Meskipun hidup di tengah kota, masyarakat kampung unik di Jabar tetap menjaga dan melestarikan tradisi adat mereka.


Salah satu contohnya adalah kampung adat Cireundeu yang berlokasi di Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi, Jabar. Kampung adat Cireundeu memiliki luas 64 hektar, namun hanya 4 hektar yang diperuntukkan sebagai pemukiman, sementara sisanya digunakan untuk pertanian, terutama kebun singkong. Oleh karena itu, mayoritas penduduk kampung adat tersebut berprofesi sebagai petani.


Meskipun hanya berjarak satu jam dari Kota Bandung, warga Kampung Adat Cireundeu tetap mempertahankan tradisi mereka. Mereka memegang teguh nilai-nilai kebudayaan yang telah diwariskan secara turun temurun. Mereka memiliki ungkapan "Ngindung ka waktu, mibapa ka jaman," yang berarti warga kampung adat memiliki cara dan keyakinan masing-masing untuk bertahan hidup tanpa melawan perubahan zaman.


Salah satu keunikan dari kampung adat di Jabar tersebut adalah pantang memakan nasi. Sebagai gantinya, mereka mengonsumsi nasi singkong yang diolah dari hasil tanaman mereka sendiri. Meskipun tidak mengonsumsi nasi, mereka tetap kuat dalam menjadi petani singkong dan umbi-umbian lainnya.


Budaya dan adat istiadat kampung adat Cireundeu telah bertahan selama sekitar 85 tahun. Remaja dan orang dewasa di kampung adat tersebut tidak lagi mengonsumsi nasi.


Selain keunikan dalam menggantikan nasi dengan nasi singkong, rumah-rumah warga juga memiliki pintu samping yang semuanya menghadap ke Timur. Selain itu, kawasan tersebut juga merupakan penyumbang oksigen terbesar di Kota Cimahi, Jabar, karena menjaga tiga jenis hutan.


Pertama, ada hutan terlarang atau Leuweung Larangan, di mana pepohonan tidak boleh ditebang karena berfungsi sebagai sumber penyimpanan air. Kedua, ada hutan reboisasi atau Leuweung Tutupan, yang dimanfaatkan untuk kebutuhan masyarakat dengan persyaratan penanaman kembali pohon yang ditebang. Ketiga, ada hutan pertanian atau Leuweung Baladahan, yaitu area perkebunan masyarakat yang ditanami singkong dan umbi-umbian lainnya.


Kampung unik di Jabar ini sangat ramah bagi wisatawan yang ingin mengunjunginya.

Tags