Geminid merupakan satu-satuya hujan meteor berwarna-warni yang dapat disaksikan penduduk Bumi tahun ini. Hujan meteor ini akan melesat dengan intensitas 120 'bintang jatuh' per jam selama puncak hujan meteor Geminid pada malam ini (13/12) hingga esok (14/12) pagi.
Selama puncak hujan meteor Geminid, Bulan tidak akan terlihat di langit malam. Menurut para pakar ini menjadikannya sebagai "bintang jatuh" paling produktif pada tahun 2023 di Belahan Bumi Utara.
Hujan meteor ini aktif dari 19 November hingga 24 Desember setiap tahunnya. Fenomena tahunan ini kurang dikenal dibandingkan hujan meteor Perseid yang terjadi pada Agustus, kemungkinan karena terjadi pada cuaca yang jauh lebih dingin.
Meski kurang terkenal, hujan meteor Geminid merupakan salah satu pertunjukan bintang jatuh terbaik tahun ini.
Menurut American Meteor Society, puncak absolut Geminid diperkirakan akan terjadi pada pukul 20:00 EST tanggal 13 Desember atau 08.00 WIB keesokan harinya. Waktu tersebut adalah waktu terbaik untuk menonton fenomena ini dari Amerika Utara.
Sebagai permulaan, bulan baru pada tanggal 13 Desember akan membuat langit sangat gelap pada malam puncak Geminids. Selain itu, titik radian hujan meteor akan berada tinggi di atas cakrawala setelah gelap. Itu berarti waktu terbaik untuk melihat Geminid adalah pada saat puncaknya.
Di Indonesia, menurut Planetarium Jakarta dalam akun resminya di Instagram, puncak hujan meteor Geminid di Tanah Air baru akan terjadi selama dua hari, yakni 14-15 Desember 2023.
"Hujan Meteor Geminid mulai aktif sejak tanggal 4 sampai 17 Desember 2023. Puncaknya terjadi pada tanggal 14-15 Desember 2023. Fenomena ini dapat sahabat amati sejak pukul 20.05 WIB hingga Matahari terbit," demikian bunyi keterangan dari akun Planetarium Jakarta.
Hujan meteor Geminid melesat dengan sangat terang dan cepat, dan cenderung berwarna kuning, menurut NASA. Namun meteor-meteor ini juga bisa berwarna putih atau hijau, menjadikannya satu-satunya tampilan bintang jatuh beraneka warna di tahun ini
Menurut American Meteor Society, puncak absolut Geminid diperkirakan akan terjadi pada pukul 20:00 EST tanggal 13 Desember atau 08.00 WIB keesokan harinya. Waktu tersebut adalah waktu terbaik untuk menonton fenomena ini dari Amerika Utara.
Sebagai permulaan, bulan baru pada tanggal 13 Desember akan membuat langit sangat gelap pada malam puncak Geminids. Selain itu, titik radian hujan meteor akan berada tinggi di atas cakrawala setelah gelap. Itu berarti waktu terbaik untuk melihat Geminid adalah pada saat puncaknya.
Di Indonesia, menurut Planetarium Jakarta dalam akun resminya di Instagram, puncak hujan meteor Geminid di Tanah Air baru akan terjadi selama dua hari, yakni 14-15 Desember 2023.
"Hujan Meteor Geminid mulai aktif sejak tanggal 4 sampai 17 Desember 2023. Puncaknya terjadi pada tanggal 14-15 Desember 2023. Fenomena ini dapat sahabat amati sejak pukul 20.05 WIB hingga Matahari terbit," demikian bunyi keterangan dari akun Planetarium Jakarta.
Hujan meteor Geminid melesat dengan sangat terang dan cepat, dan cenderung berwarna kuning, menurut NASA. Namun meteor-meteor ini juga bisa berwarna putih atau hijau, menjadikannya satu-satunya tampilan bintang jatuh beraneka warna di tahun ini
Selain itu, hujan meteor Geminid juga merupakan satu-satunya hujan meteor besar yang tidak disebabkan oleh komet, tapi oleh asteroid. Komet terbuat dari partikel debu es, sedangkan asteroid tersusun dari batuan.
Bintang jatuh umumnya disebabkan oleh meteoroid yang tertinggal di jalur orbit Bumi. Ketika meteoroid memasuki atmosfer Bumi dengan kecepatan tinggi dan terbakar, maka meteoroid itu disebut meteor.
Geminid merupakan hasil dari sebuah asteroid bernama 3200 Phaethon, yang mengorbit matahari setiap 1,4 tahun.
Phaethon berukuran diameter sekitar 5,1 kilometer dan asteroid ini kemungkinan adalah pecahan dari sebuah komet. Menurut NASA, asteroid ini sekarang membentuk ekor seperti komet saat mendekati matahari, meninggalkan meteoroid di tata surya bagian dalam. Bintang jatuhnya melesat dengan kecepatan 34 kilometer per detik.
Lebih lanjut, hujan meteor paling baik dilihat dengan mata telanjang. Namun, Anda juga dapat menggunakan teropong bintang atau berinvestasi pada teleskop kecil yang bagus untuk mendapatkan pemandangan yang lebih dekat.
Editor : Qurrota A'yun
Bintang jatuh umumnya disebabkan oleh meteoroid yang tertinggal di jalur orbit Bumi. Ketika meteoroid memasuki atmosfer Bumi dengan kecepatan tinggi dan terbakar, maka meteoroid itu disebut meteor.
Geminid merupakan hasil dari sebuah asteroid bernama 3200 Phaethon, yang mengorbit matahari setiap 1,4 tahun.
Phaethon berukuran diameter sekitar 5,1 kilometer dan asteroid ini kemungkinan adalah pecahan dari sebuah komet. Menurut NASA, asteroid ini sekarang membentuk ekor seperti komet saat mendekati matahari, meninggalkan meteoroid di tata surya bagian dalam. Bintang jatuhnya melesat dengan kecepatan 34 kilometer per detik.
Lebih lanjut, hujan meteor paling baik dilihat dengan mata telanjang. Namun, Anda juga dapat menggunakan teropong bintang atau berinvestasi pada teleskop kecil yang bagus untuk mendapatkan pemandangan yang lebih dekat.
Editor : Qurrota A'yun