Voice netizen - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kementerian Kominfo) bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) telah menyelenggarakan seminar daring dengan tema Literasi Digital: “Bahaya Adiksi Gawai pada Anak”. Seminar ini diselenggarakan pada hari Senin, 1 April 2024 melalui platform Zoom meeting.
Terdapat empat narasumber yang mumpuni di bidangnya sebagai pembicara, yaitu Bapak Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari yang merupakan seorang Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Bapak Semuel Abrijani Pangerapan, B.Sc., sebagai Dirjen Aplikasi Informatika (APTIKA) Kementerian Kominfo RI, Bu Budhy Lestari., S.Psi., Psikolog., yang merupakan seorang psikolog anak, serta Bu dr. Indriyati Oktaviano R., MPH., yang merupakan dosen FK UMS.
Seminar ini merupakan dukungan Kemenkominfo terhadap Program Literasi Digital yang melibatkan berbagai elemen masyarakat. Seminar Ngobrol Bareng Legislator memiliki beberapa tujuan, di antaranya yaitu untuk mendorong masyarakat supaya mengoptimalkan pemanfaatan internet sebagai sarana edukasi; memberdayakan masyarakat agar dapat memilah dan memilih informasi yang dibutuhkan dan bermanfaat; memberikan informasi yang lengkap kepada masyarakat terkait pembangunan Infrastruktur TIK yang dilakukan oleh pemerintah, khususnya oleh APTIKA; mendorong dan memotivasi peran orang tua dalam pendampingan pembelajaran di masa pandemi; serta mewujudkan jaringan informasi serta media komunikasi dua arah antara masyarakat dengan masyarakat maupun dengan pihak lainnya. Seminar ini terdiri dari beberapa sesi, yaitu sesi pembukaan, pemaparan materi, sesi tanya jawab, dan sesi penutup.
Seminar dimulai pada pukul 13.00 WIB yang diawali oleh hiburan band pada 15 menit sebelumnya. Kemudian, ditampilkan pula video-video yang berkaitan dengan literasi digital. Seminar dibuka oleh seorang Master of Ceremony (MC) dengan menyapa para narasumber yang akan memberi paparan materi kepada seluruh peserta. Saat memasuki sesi pemaparan materi, MC menyerahkan acara kepada moderator untuk memandu sesi paparan dan sesi diskusi. Sesi pemaparan materi diawali oleh Bapak Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari.
Pak Kharis menyampaikan bahwa banyak sekali korban kecanduan gadget pada anak-anak justru terjadi pada anak di bawah umur. Satu-satunya penyebab menurut beliau adalah kelalaian atau tidak terliterasi dengan baik kedua orang tuanya. Banyak orang tua mengambil jalan pintas saat anaknya menginginkan sesuatu, dengan memberi apa yang diinginkannya, padahal belum tentu yang diinginkan itu pas dengan umurnya dan kategori anak tersebut.
Beliau memberikan salah satu contohnya yaitu saat anak merengek meminta untuk menonton gadget, daripada nangis, ada orang tua yang cenderung memberikannya saja, tanpa penjelasan, batasan, dan dibiarkannya begitu saja. Hal ini menyebabkan anak menjadi makin suka, tidak bisa lepas, dan menjadi kencanduan gawai. “Hal yang ekstrim yaitu jika mereka sampai berontak saat tidak dilepas dari gawai, bahkan lebih parah lagi jika sampai membentur-benturkan kepalanya. Ini menjadi keprihatinan kita semua.”, sebut Pak Kharis.
Seminar dilanjutkan dengan sambutan oleh Bapak Semuel Abrijani Pangerapan, B.Sc., yang menjabat sebagai Dirjen Aplikasi dan Informatika (APTIKA) Kementerian Kominfo RI melalui tampilan video.
Dalam video tersebut, beliau yang akrab dipanggil Bapak Semmy menjelaskan bahwa memasuki tahun 2024, perwujudan Indonesia Digital Nation tetap menjadi salah satu prioritas utama guna mewujudkan Indonesia yang makin digital dan maju.
Kemenkominfo melalui Dirjen APTIKA terus berkomitmen dalam menyelenggarakan berbagai inisiatif dan program peningkatan literasi digital, guna mendukung upaya transformasi digital yang inklusif, memberdayakan, serta berkelanjutan.
Beliau menyampaikan bahwa upaya transformasi digital ini perlu terus dilakukan untuk mendorong kemajuan perekonomian bangsa dan membuka berbagai peluang bagi masyarakat Indonesia, mengingat perkembangan teknologi digital saat ini telah mengubah cara kita bekerja, berusaha, dan menjalani kehidupan sehari-hari.
“Atas dasar itulah yang mendorong kami untuk melakukan peningkatan kesadaran, pengetahuan, dan kecakapan digital yang ditujukan pada tiga sektor, yaitu masyarakat umum, pemerintahan, dan pendidikan, melalui berbagai program literasi digital.”, tambah Pak Semmy dalam sambutannya.
Pemaparan materi selanjutnya disampaikan oleh Bu Budhy Lestari., S.Psi., Psikolog. Beliau menyebutkan bahwa anak-anak generasi masa kini merupakan generasi ‘digital native’, yaitu mereka yang sudah mengenal media elektronik dan digita sejak dini. Mau tidak mau, orang tua yang termasuk dalam generasi imigran digital (lahir sebelum munculnya teknologi digital), harus siap mendampingi anak yang tumbuh di era generasi Z dan generasi Alpha yang gencar dengan serangan era digital.
Bu Budhi menyebutkan ada beberapa hal yang harus diperhatikan orang tua dalam mengawasi anak-anaknya dalam menggunakan gawai, yaitu kesehatan mata, perkembangan fisik dan sosialnya, hingga masalah tidur karena lama terkena screen time. “Gadget dapat menghambat perkembangan otak anak. Terlalu lama menggunakan gadget dalan aktivitas sehari-hari akan mengganggu perkembangan otak anak.”, ucap Bu Budhy.
Rambu-rambu praktis berikut perlu diterapkan supaya kita tidak kecanduan gadget secara berlebihan, yaitu adanya hari bebas e-komunikasi dalam seminggu, batasi waktu kita ketika menggunakan e-komunikasi, dan gunakan timer untuk meminimalisasi waktu kita. Sedangkan, untuk anak usia 8-12 tahun, rambu-rambu berikut perlu diperhatikan oleh orang tua, yaitu mendiskusikan perilaku baik dan tidak baik dari karakter tokoh yang dikenal, menghindari tayangan program media digital yang menayangkan agresivitas, antisosiala, dan perilaku negatif lainnya, menghindari tayangan iklan rokok, serta menerapkan disiplin gawai, seperti sediakan zona bebas teknologi atau elektronik di rumah, ada kontrak bersama antara anak-orang tua saat online, dan memasang aplikasi ramah anak atau melalui parental control.
Bu dr. Indriyati Oktaviano R., MPH., menjadi pemateri terakhir yang memaparkan materinya. Beliau menyebutkan bahwa kecanduan gawai merupakan perilaku keterikatan terhadap gawai, disertai dengan kurangnya kontrol dan memberikan dampak negatif. Ada beberapa faktor penyebab kecanduan gawai yang disebutkan Bu Indri, yaitu faktor internal, eksternal, situasional, dan sosial. Beberapa tanda berikut menunjukkan bahwa seseorang dikatakan kecanduan gawai, yaitu sangat ingin memegang atau bermain gawai setiap waktu, gelisah jika tidak menggunakan gawai, tidak tertarik untuk melakukan aktivitas lain, sering nyaman menyendiri dan memegang gawainya, sulit tidur dan berkonsentrasi, hingga merasa terganggu dan tidak nyaman bila diminta melepas gawainya.
Kecanduan gawai memiliki dampak negatif pada beberapa sisi, salah satunya dari sisi isik atau biologis. Dari sisi tersebut, mata menjadi cepat lelah hingga kualitas penglihatan memudar, timbulnya peluang terkena obesitas karena kurangnya aktivitas fisik, terkena kelainan sendi dan tulang, terutama tulang belakang, hingga tekanan darah menjadi meningkat. Menurut Bu Indri, pencegahan yang komprehensif dari hulu ke hilir merupakan upaya terbaik untuk mengatasi kecanduan gawai. “Ini permasalahan kita bersama. Kita harus menjadi bagian dari solusi dengan mengambil peran sesuai apa yang kita mampu.”, ucap Bu Indri di akhir sesinya.
Setelah paparan materi dari keempat narasumber, moderator membuka sesi tanya jawab. Para peserta sangat antusias dalam memberikan pertanyaan. Dari 150 peserta, terdapat dua pertanyaan yang terpilih. Sesi diskusi melalui tanya jawab berjalan interaktif antara narasumber dan peserta. Setelah selesai sesi diskusi, moderator mengembalikan acara kepada MC. Acara ditutup secara resmi oleh MC pada pukul 15.00 WIB. Seminar ini diharapkan dapat menjadi sarana penambahan literasi digital bagi masyarakat sebagai dukungan kepada pemerintah mewujudkan transformasi digital Indonesia.