Voice Netizen - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kementerian Kominfo) bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) telah menyelenggarakan seminar daring dengan tema Forum Diskusi Publik: “Etika Berpendapat dan Berdemokrasi di Ruang Digital”. Seminar ini diselenggarakan pada hari Rabu, 16 Oktober 2024 melalui platform Zoom meeting. Terdapat tiga narasumber yang mumpuni di bidangnya sebagai pembicara, yaitu Bapak Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari yang merupakan seorang Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Bapak Gun Gun Siswadi, yang sebagai pegiat literasi digital, serta Bapak Parman, M.Pd., yang merupakan seorang guru dan dalang wayang kulit.
Seminar ini merupakan dukungan Kemenkominfo terhadap Program Literasi Digital yang melibatkan berbagai elemen masyarakat. Forum Diskusi Publik memiliki beberapa tujuan, di antaranya yaitu untuk mendorong masyarakat supaya mengoptimalkan pemanfaatan internet sebagai sarana edukasi, serta memberdayakan masyarakat agar dapat memilah dan memilih informasi yang dibutuhkan dan bermanfaat. Seminar ini terdiri dari beberapa sesi, yaitu sesi pembukaan, pemaparan materi, sesi tanya jawab, dan sesi penutup.
Seminar dimulai pada pukul 12.30 WIB yang diawali dengan ditampilkannya video-video yang berkaitan dengan literasi digital, dilanjut oleh hiburan band selama 20 menit. Kemudian, Seminar dibuka oleh seorang Master of Ceremony (MC) dengan menyapa para narasumber yang memberi paparan materi kepada seluruh peserta. Saat memasuki sesi pemaparan materi, MC menyerahkan acara kepada moderator untuk memandu sesi paparan dan sesi diskusi. Sesi pemaparan materi diawali oleh Bapak Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari.
Pak Kharis menyebutkan bahwa dalam era digital, kita tidak harus bertemu untuk bisa berdialog, yang terpenting adalah ketika berdialog, kita harus menjunjung etika digital dan etika bermasyarakat. “Jika tidak ingin disakiti oleh kata-kata orang lain, maka jangan menyakiti. Jika tidak ingin dibohongi jangan berbohong,” ucap Pak Kharis. Beliau juga berpesan untuk belajar bagaimana beretika yang baik dan junjunglah tinggi hal tersebut.
Pemaparan materi selanjutnya disampaikan oleh Bapak Gun Gun Siswadi. Pada awal sesi pemaparan materinya, beliau menyebutkan bahwa tantangan di era digital mencakup banjir informasi, perilaku tidak produktif, dan konten negatif. Beliau juga menyebutkan bahwa peran generasi muda dalam menjaga demokrasi digital adalah dengan cara menjadi agen perubahan, membangun komunitas, menjadi teladan, dan mengedukasi lingkungan.
Menurut beliau, generasi muda memiliki peran penting dalam gerakan ini dengan menciptakan budaya digital yang lebih beretika dan demokratis. “Ketika kita masuk era digital, maka etika, sopan santun, tata krama harus kita jaga,” ucap Pak Gun Gun.
Bapak Parman, M.Pd., menjadi pemateri terakhir yang memaparkan materinya. Beliau menyebutkan bahwa pada ranah perwayangan, kita harus memiliki spirit moral di era digital perwayangan. Beliau menjelaskan terkait lakon Cupuk Manik Astagna, yaitu lakon tentang masa depan ketika era digital telah memasuki bahkan menjadi bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Dalam lakon ini, pengaruh dunia maya sangat luar biasa sehingga seorang manusia bisa berubah menjadi seekor kera. “Hal tersebut merupakan sindiran betapa ketika kita tidak bisa menguasai diri, termasuk menguasai senjata yang kita ciptakan, maka diri kita yang akan kalah,” sebut Pak Parman.
Setelah paparan materi dari ketiga narasumber, moderator membuka sesi tanya jawab. Para peserta sangat antusias dalam memberikan pertanyaan. Dari 100 peserta, terdapat tiga pertanyaan yang terpilih. Sesi diskusi melalui tanya jawab berjalan interaktif antara narasumber dan peserta. Setelah selesai sesi diskusi, moderator mengembalikan acara kepada MC. Acara ditutup secara resmi oleh MC pada pukul 15.00 WIB. Seminar ini diharapkan dapat menjadi sarana penambahan literasi digital bagi masyarakat sebagai dukungan kepada pemerintah mewujudkan transformasi digital Indonesia.